Kamis, 30 November 2017

300 ISTILAH-ISTILAH DALAM PSIKOLOGI

300 ISTILAH-ISTILAH DALAM PSIKOLOGI
 1.    Conscious Mind (alam sadar/pikiran sadar): apa yang anda sadari pada saat tertentu, seperti pengindraan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy serta perasaan yang anda miliki. Pikiran sadar ini berlangsung ketika Anda dalam kondisi sadar. Lawan dari Conscious Mind adalah Subsconscious (alam tak sadar/pikiran tak sadar) yaitu apa yang Anda sadari ketika dalam kondisi tidak sadar, misalnya mengigau ketika tidur.
2.    Parkinson: penyakit degenerasi yang menyerang otak karena kurangnya depamine dalam otak.
3.    Demensia: berkurangnya fungsi kognitif otak, istilah yang digunakan untuk sekelompok gejala kelainan yang mempengaruhi otak. Hal ini biasa terjadi pada orang lansia, akan tetapi demensia dapat pula dialami orang dewasa berbagai usia karena penyakit tertentu yang mempengaruhi otak.
4.    Atrofi Muskular: berkurangnya ukuran dan jumlah serat otot akibat proses penuaan, penurunan aliran darah, berkurangnya gizi atau akibat hilangnya fungsi saraf. Biasanya ditemukan dalam ilmu kedokteran dan medis.
5.    Agoraphobia: rasa takut yang berlebihan akan ruangan terbuka.
6.    Claustrophobia: rasa takut yang berlebihan akan ruang sempit.
7.    Arsonphobia: ketakukan pada api. Hal ini biasa terjadi apabila di masa lalu pernah mengalami hal buruk yang berhubungan dengan api misalnya adalah pernah mengalami kejadian kebakaran hebat di rumahnya atau hal lainnya.
8.    Cryptozoology: ilmu yang mempelajari tentang hewan tersembunyi, lebih tepatnya ilmu ini mempelajari tentang makhluk-makhluk yang dianggap “legenda” atau tidak ada dalam ilmu biologi modern.
9.    Erythrophobia: istilah yang dipakai untuk seseorang yang takut berlebihan terhadap warna merah.
10.    Narkolepsi: gangguan tidur dimana seseorang bisa tiba-tiba tertidur saat melakukan aktivitas normal sehari-hari.
11.    Anemia Aplastik: suatu penyakit yang terlihat dari sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah.
12.    Atephobia:  rasa takut akan tinggal di pegunungan atau rumah tingkat karena dibayangi oleh ketakutan / reruntuhan.
13.    Arachnephobia:  rasa takut pada laba-laba.
14.    Aeroacrophobia:  istilah yang digunakan untuk orang yang takut akan ketinggian.
15.    Brontophobia: rasa takut berlebihan terhadap guntur.
16.    Catoptrophobia: istilah untuk seseorang yang takut terhadap cermin.
17.    Amimism: istilah untuk menyebut kesalahan logika yang terjadi pada anak-anak yang menganggap benda mati memiliki perasaan dan motif.
18.    Arctophile: istilah untuk seseorang yang memiliki kesukaan/mengkoleksi boneka beruang (Teddy Bear).
19.    Avoidant: istilah untuk menyebut perasaan tidak percaya diri dan sangat sensitif terhadap hal-hal yang negatif, takut dinilai, dikritik dan dipermalukan.
20.    Cellanoma: merupakan dorongan untuk mengambil ponsel kamu setiap kali orang lain melakukan hal itu.
21.    Cotard's Syndrome: adalah keadaan gangguan jiwa dimana si penderita mempercayai bahwa dia sudah mati.
22.    Cyber-Love: adalah pola kedekatan yang terjalin dari hubungan yang tercipta dalam sosial media atau interaksi cyber lainnya.
23.    Dysania: adalah keadaan di mana seseorang sulit meninggalkan tempat tidurnya saat pagi hari.
24.    Eccedentesiast: adalah istilah untuk seseorang yang menyembunyikan rasa sakit mereka di balik senyumnya
25.    Hipotimia: adalah keadaan seseorang yang selalu murung dan sedih, selalu mengeluh dan tak punya semangat.
26.    Librocubicularist: adalah sebutan untuk seseorang yang suka membaca di tempat tidur.
27.    Lychnobite: adalah sebutan untuk orang yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
28.    Mondegreen: adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketika kamu salah dengar lirik lagu.
29.    Munchausen: adalah gangguan yang menggambarkan seseorang yang berpura-pura menjadi sedih/sakit untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
30.    Mythomania: adalah penyakit bohong yang dilakukan secara terus-menerus tapi penderitanya tidak mempunyai rasa bersalah apapun.
31.    Nyctophilia adalah sebutan untuk seseorang yang menyukai kegelapan atau saat malam hari.
32.    Proprioception: adalah kemampuan otak untuk mengetahui letak bagian tubuh kita tanpa perlu melihatnya.
33.    Retrouvailles: adalah istilah untuk menyebut perasaan bahagia seseorang ketika akhirnya bertemu kembali dengan seseorang setelah sekian lama.
34.    Rhotascim: adalah istilah medis untuk orang yang kesulitan mengucapkan huruf 'R' (cadel)
35.    Sindrom Narcolepsy: merupakan serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk.
36.    Sleep Related Eating Disorder: adalah istilah untuk orang yang kerap terjaga tengah malam untuk makan makanan kecil/ringan (snack) lalu tidur kembali.
37.    Sleepwalking: adalah yang kita kenal dengan tidur sambil berjalan. Penyebabnya bisa gen, lingkungan atau medis.
38.    Somniloquy: adalah istilah untuk orang yang memiliki kebiasaan berbicara saat tertidur.
39.    Spotlight Effect: adalah ketika kamu merasa seseorang sedang memerhatikan kamu.
40.    Textiety: adalah rasa resah dan tidak tenang ketika kamu tidak menerima atau mengirim pesan singkat atau SMS.
41.    Skizophrenia: diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati.
42.    Frustrasi: dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus ke stress.
43.    Fantasi: kapasitas manusia yang luar biasa dalam memberikan sosok pada sesuatu yang sesungguhnya tidak ada.
44.    Crowding: suatu kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama walapun mungkin tidak saling mengenal.
45.    Endomorfa: Sheldom menyebut tipe endomorph dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.
46.    Mesomorfa: Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.
47.    Ektomorfa: Kecenderungan tipe entomorph adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot- otot hampir tidak tampak berkembang.
48.    Intuisi: kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan kesimpulan dari suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan dan tanpa analisa apapun
49.    Stereotype: sikap, kepercayaan, atau opini tentang orang yang memiliki latar budaya tertentu.
50.    Viscerotonia: Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
51.    Somatotonia: Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat- sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
52.    Cerebretonia: Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
53.    Melancholicus (melankolisi): yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
54.    Sanguinicus (sanguinisi): yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
55.    Flegmaticus (flegmatisi): yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang- orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
56.    Cholericus (kolerisi): yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
57.    Affective: keadaan perasaan dan emosinya yang berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.
58.    Schizoid: Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan
59.    Anankastik: Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu, disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
60.    Astenik: Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu).
61.    Inadequate: Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik. Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau dipaksa untuk melakukan sesuatu.
62.    Delusi (delusion) : keyakinan sesat yang tidak akan dilepas walaupun bukti kesesatannya dihadirkan.
63.    Neurosis : kondisi psikologis yang didalamnya pola perilaku abnormal timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan dalam menghadapi kecemasan dengan cara-cara yang bisa diterima secara sosial.
64.    Represi : Yang palign dasar di antara mekanisme pertahanan lainnya. suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. represi terjadi secara tidak disadari.
65.    Denial : Memainkan peran defensif, sama seperti represi. orang menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau aspek hidup yang menyulitkan. Denial beroperasi pada taraf preconscius atau conscious
66.    Displacement : salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek “yang lebih aman”. misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
67.    Regresi : Beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang sudah ditinggalkan. menghadapi stress atau tantangan besar, individu mungkin sudah berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan bertingkah laku tidak dewasa atau tak pantas.
68.    Introyeksi : Mekanisme introyeksi terdiri dari mengambil alih dan “menelan” nilai-nilai standar orang lain. misalnya seorang anak yang mengalami penganiayaan, mengambil alih cara orangtuanya menanggulangi stress, dan dengan demikian mengabadikan siklus penganiayaan anak. introyeksi dapat pula positif, bila yang diambil alih adalah nilai-nilai positif dari orang-orang lain.
69.    Rasionalisasi : kadang-kadang orang memproduksi alasan-alasan “baik” untuk menjelaskan egonya yang terhantam. rasionalisasi membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam pekerjaan, mereka memikirkan alasan-alasan logis mengapa mereka tidak mendapatkannya, dan kadang-kadang mereka berusaha membujuk dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia tidak menghendaki posisi tersebut.
70.    Sublimasi : Dari pandangan freud, banyak kontribusi artistik yang besar merupakan hasil dari penyaluran energi sosial atau agresif kedalam tingkah laku kreatif yang diterima secara sosial dan bahkan dikagumi. misalnya impuls agresif dapat disalurkan menjadi prestasi olahraga.
71.    Morbid: kesukaan terhadap hal-hal yang terkait dengan kematian atau penyakit. Seseorang yang memiliki karakteristik ini pernah diceritakan dalam salah satu serial animasi As Told By Ginger episode New Girl in Town, pada karakter bernama Letisha yang ayahnya adalah mortician.
72.    Asthenia: kondisi capek, sakit kepala, malas, mudah marah yang disebabkan oleh gangguan emosional.
73.    Delirium: kondisi di mana seseorang merasa gelisah, melihat hal-hal yang tidak ada, dan mengalami gangguan bicara dan pendengaran yang disebabkan oleh berbagai hal seperti keracunan, demam atau sebab lain.
74.    Paresis: kelemahan atau kelumpuhan otot karena kerusakan saraf.
75.    Pharaphasias: gangguan kemampuan bicara di mana kata-kata menjadi tidak karuan susunannya dan ucapan tidak dapat dimengerti yang dapat disebabkan oleh kerusakan pada otak.
76.    Ataxia: kehilangan atau hilangnya kendali (taxis) terhadap gerak tubuh. Kisah penyakit degeneratif ini pernah diangkat dalam sinetron Buku Harian Nayla (2006) yang terinspirasi dari drama Jepang 1 Litre of Tears.
77.    Somnabulisme: gangguan di mana orang berjalan atau melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak disadarinya dalam keadaan tidur.
78.    Multiple sclerosis: sebuah penyakit kronis di mana terjadi kerusakan terhadap jaringan yang membungkus sel-sel saraf di otak dan saraf tulang punggung.
79.    Neurasthenia: kecelakaan dan rasa lemah yang berlebihan.
80.    Histeria: gangguan pada jiwa dan rasa ledakan emosi yang tidak terkendali misalnya berteriak-teriak, pingsan, menangis, dan sebagainya.
81.    Paranoia: penyakit berupa gejala gangguan jiwa sehingga seseorang cenderung berkhayal secara berlebihan.
82.    Euforia: perasaan gembira yang berlebih-lebihan.
83.    Determinisme: pendapat atau pandangan bahwa semua fenomena terjadi karena ditentukan (determine) oleh prinsip-prinsip tertentu.
84.    Resistensi: penolakkan terhadap pikiran-pikiran bawah sadar yang muncul dalam pikiran sadar.
85.    Mysophobia: dikenal juga dengan istilah verminophobia, germaphobia, germaphobia, bacillophobia dan bacteriophobia: adalah ketakutan yang irasional terhadap kontaminasi bakteri atau kuman dari orang lain. Sering disebut sebagai gila kebersihan.
86.    Misogini: kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak perempuan.Misogini dapat diwujudkan dalam berbagai cara, termasuk diskriminasi seksual, fitnah perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual perempuan.
87.    Sindrom Stockholm (stockholm syndrome): respon psikologis dimana dalam kasus-kasus tertentu para sandera penculikan menunjukkan tanda-tanda kesetiaan kepada penyanderanya tanpa memperdulikan bahaya atau risiko yang telah dialami oleh sandera itu. Mereka secara emosional menjadi menyayangi penyandera, bahkan membela mereka.
88.    Parkinson: degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit ini adalah terjadinya tremor atau gemetaran.
89.    Rubatosis: kondisi ketika seseorang sadar dan bisa menghitung jumlah detak jantungnya sendiri.
90.    Altschmerz: rasa kekhawatiran akan suatu hal yang sama sampai membuatmu tidak tertarik lagi akan hal tersebut tetapi kamu masih mengkhawatirkannya. Seperti pada masalah percintaan, misalnya.
91.    Jouska: kondisi ketika kamu berbicara dengan dirimu sendiri di dalam pikiranmu dan tentu saja hanya dirimu sendiri yang mengetahui. Dalam Bahasa Indonesia, hal ini juga disebut, Berdistraksi.
92.    Sonder: perasaan di dalam diri seseorang, ketika dia berpikir bahwa setiap orang memiliki kehidupan yang rumit serumit kehidupan seseorang itu.
93.    Vellichor: Bagi yang suka membaca pasti pernah mengalami ini. Karena Vellichor adalah sebutan untuk seseorang ketika hanyut terbawa suasana atau ikut merasakan perasaan dari tulisan yang sedang dibacanya. Baik itu perasaan sedih, bahagia, atau lainnya.
94.    Adronitis: Sudah lama kenal dengan seseorang tapi tidak bisa mengenalnya lebih dekat, kemudian kamu merasa kesal atau malah frustrasi. Itu adalah contoh Adronitis.
95.    Nodus Tollens: Pernah berpikir bahwa kehidupan yang kamu jalani adalah kehidupan yang tidak biasa atau aneh? Ketika itulah kamu sedang merasakan Nodus Tollens.
96.    Ruckkehrunrunhe: Para perantau pasti pernah merasakan ini karena Ruckkehrunrunhe adalah perasaan yang muncul ketika seorang yang sudah lama pergi perantau akhirnya bisa pulang ke kampung halaman.
97.    Occhiollism: Kamu bisa melihat sesuatu hal dengan sangat detail dengan pandangan pribadi? Berarti kamu adalah satu dari golongan Occhiollism.
98.    Exulansis: Pernah bercerita tentang pengalaman kamu kepada seseorang yang tidak bisa mengerti ceritamu sampai kamu merasa frustrasi? Perasaan frustrasi itulah yang disebut Exulansis.
99.    Onism: Pernah merasa sangat kebosanan ketika menunggu hal yang sudah terjadwalkan dengan pasti? Seperti menunggu kereta atau keberangkatan pesawat. Itu berarti kamu sedang mengalami Onism.
100.    Kuebiko: rasa putus asa untuk menghentikan kejahatan di dunia. Kalau kamu pernah merasakan ini berarti kamu gak cocok jadi superhero.
101.    Lachesism: Pernah memiliki keinginan untuk merasakan merasakan kecelakaan maut tapi berujung diri kamu yang selamat? Seperti kejadian tenggelamnya kapal di laut bebas atau tabrakan pesawat terbang? Perasaan ketika menginginkan hal itu adalah yang disebut Lachesism.
102.    Vemodallen: Pernah memiliki hasil foto yang sama dengan milik orang lain? Entah itu objek di dalam foto atau hal lainnya yang sampai membuat kamu frustrasi? Jika iya berarti saat itu kamu sedang merasakan Vemodallen.
103.    Liberosis: ketika kamu mencoba untuk tidak peduli terhadap sesuatu hal yang terjadi.
104.    Multidimensi: perkembangan yang melibatkan dimensi, biologis , kognitif, dan sosioemosi.
105.    Multiarah : perkembangan dimana satu sisi mengalami kemajuan dan sisi lainnya mengalami kemunduran.
106.    Plastis : kapasitas untuk berubah, contoh anak yang kecilnya seorang yang pendiam tapi ketika dewasa menjadi tidak pendiam lagi.
107.    Multidisiplin : adalah perkembangan yang berlangsung selama hidup.
108.    Kontekstual : semua perkembangan terjadi secara atau berlangsung secara konteks atau setting.
109.    Normative age - Grade Influence : pengelompokan yang diliahat dari segi usia , contoh konten kedewasaan suatu film harus berusia 17+.
110.    Normative history - Grade Influence : kejadiaan yang di pengaruhi oleh faktor sejarah.
111.    Normative life event: peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada suatu individu yang mana individu lain belum tentu mengalaminya, contoh memenagkan lomba beladiri se Indonesia usia 15 tahun.
112.    Proses biologis : proses yang menghasilkan perubahan yang berkaitan dengan sifat dan fisik dasar individu, contoh seperti hal nya perubahan hormon di masa pubertas.
113.    Proses kognitif : perkembangan yang merujuk pada perubahan pemikiran , intelegensi, dan bahasa individu, contoh seperti hal nya anak usia 2 tahun yang sudah dapat berbicara dengan lancar.
114.    Proses sosioemosi : perkembangan yanag mencakup perubahan dalam relasi individu dengan individu lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian.
115.    Nature - Nuture Isue : isu dalam perkembangan yang menyatakan bahwa perkembangan di pengaruhi oleh bahwaan atau pengasuhan, bahwa bawaan merujuk pada warisan biologis,sedangkan pengasuhan merujuk pada pegalaman pada lingkungan.
116.    Stability - Change Isue : isu ini merujuk pada sejauh mana kita menerjemahkan sesuatu berdasarkan pengalaman awal (stabilitas) atau apakah kita berkembang menjadi seseorang yang berbeda dari pada sebelumnya. Contoh : seperti seorang anak yang pendiam , jika dia selama hidupnya masih menjadi seorang yang pendiam maka di katakan si anak itu stabilitas yang di sebabkan oleh pengalaman awal dalam kehidupan, tapi jika anak itu di masa remaja atau dewasa nya sudah tidak pendiam lagi, maka anak itu dapat berubah, biasanya di pengaruhi oleh pengalaman di masa yang akan datang.
117.    Continuity – Discontinuity : berfokus sejauh mana perkembangan terjadi secara bertahap dan melibatkan perubahan yang bersifat (kontinuitas) atau tahap-tahap yang sama sekali berbeda (diskontinuitas)
118.    Artritis : peradangan sendi yang disertai dengan rasa sakit, kaku, dan masalah dalam pergerakan; hal ini sering terjadi pada orang yang telah berusia lajut. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini tapi sudah bisa dikurangi kadar penyakitnya.
119.    Osteoporosis: kondisi kronis yang mencakup hilangnya jaringan tulang dan penyebab utama orang yang berlanjut usia bungkuk. Wanita sangat renta terkena osteoporosis.
120.    Geriatri : pelayanan kesehatan bagi orang lanjut usia
121.    Episodic memory : di aman seseorang dapat mengingat preistiwa-peristiwa dalam hidupnya, semakin lanjut usia seseorang maka semakin kuat daya ingatnya dari pada usia di bawah nya
122.    Semantic memory : pengetahuan seseorang kepada dunia, seperti halnya pengetahuannya bermainkan alat musik gitar dari seorang gitaris yanag handal.
123.    Dementia : gangguan yang menyerang neurologis yang pada umum nya menyerang fungsi mental, biasa nya seseorang terjangkit demetria ini dia akan susah merawat diri nya sendiri dan juga susah mengenali dunia disekitarnya.
124.    Alzheimer : sebuah penyakit yang menyerang otak, yang tidak dapat dipulikan kembali. Yang ditandai memburuknya penalaran, bahasa dan juga bisa menyerang fungsi-fungsi fisik secara bertahap.
125.    Parkinson : sebuah penyakit kronis yang ditandai oleh gemetarnya otot, gerak yang melambat, dan kelumpuhan sebagian dari wajah. Penyakit ini di picu karena degenerasi neuron-neuron pada otak.
126.    Possible selves : pandangan masa depan seseorang tentang apa yang dia inginkan , dan apa yang dia takutkan.
127.    Eldercare : perawatan kepada orang yang lanjut usia, secara emosional dan secara fisik atau dengan membantu perawatan yang di berikan sehari-hari secara fisik.
128.    Generational inequity : di mana orang yang lanjut usia berlaku tidak adil terhadap anggota yang lebih muda karena memupuk keuntungan dengan menerima lebih besar olokasi yang sumberdaya yang seharusnya tidak di terima.
129.    Dukungan sosial : dukungan sosial ini sangat baik bagi orang yang sudah lanjut usia karena dapat membantu mengatasi masalah dengan selektif dan dapat meningkatkan fisik dan mental bagi orang yang lanjut usia.
130.    Integrasi sosial : dimana orang yang lanjut usia lebih terbatas dan memilki kontak emosianal yang posotif dengan keluarga dan kawan-kawannya, karena berkurang nya minat dari orang lanjut usia dengan dunia sosial, karena di dunia sosial lebih cenderung ke negatif dari pada ke keluarga sendiri lebih ke positif.
131.    Euthanasia : adalah kematian yang mudah,  mematikan dengan perlaan, atau mematikan seseorang dengan cara yang tidak sakit bisa menggunakan suntik mati,dll
132.    Brain death : terjadi jika sistem elektris dalam otak berhenti dalam jangka waktu terntentu. Dan fungsi otak yang sering digunakan lebih tinggi mati mendadak daripada fungsi otak yang jarang di gunakan maka resiko semakin sedikit.
133.    Hospice : program dimana mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit
134.    Palliative care : usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, supaya individu tetap nyaman.
135.    Tahap kematian kubler ross : menurut kubler ross , ada urutan-urutan untuk menuju kematian, yaitu: penolakan dan isolasi adalah pada tahap pertama yang mana individu akan menolak dirinya akan mati, hal ini hanya sementara saja biyasanya akan diganti dengan meningkatnya kesadaran terhadap keluarganya. Marah adalah jika penolakan sudah tidak dapat di pertahankan lagi, maka amarah lah yang akan muncul. Kemarahan ini akan memarahi hal yang salah seperti memarahi dokter, perawat, dll. Menawar adalah orang akan menawar jika kematian semkain dekat atau meminta waktu yang lebih panjang lagi untuk hidup. Depresi adalah pada tahap ini individu sudah dapat menerima kepastian kematiannya , tapip kebanyakan waktu akan di habiskan dengan cara menyendiri dan berduka. Menerima adalah dimana individu sudah siap menemui ajalnya yang akan mengkondisikan kedamaian dalam dirinya.
136.    Duka cita / grief : kumpulan emosi, ketidak cemasan individu yang akan kehilangan seseorang yang d cintainya, semua orang dapat merasakn duka cita tapi orang yang mengalami tidak akan dapat merasakan kehilangan.
137.    Emerging adulthoodi : transisi antara remaja menuju dewasa yang ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.
138.    Obesitas : penyakit yang banyak melanda individu, yang didefinisikan masa indeks besar( yang mencakupi berat dan tinggi badan). Adapun yang menyebabkan obesitas antara lain adalah : hereditas atau genetik, leptin atau protein yang menyebabkan kekenyangan, dll
139.    Sexually transmited infections (Stis) : adalah penyakit yang ditularkan melalui seks, hubungan intim atau genital oral atau seks anal genital dan yang saling terjadi adalah di sebabkan oleh terinfeksi bakteri seperti syphillis.
140.    AIDS dan HIV : AIDS : sekumpulam penyakit yang timbul karena kekeblan tubuh menurun, aids di sebabkan oleh terinfeksinya HIV, sedangkan HIV itu sendri adalah virus yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan turubnya kekebalan tubuh.
141.    Acquaintance rape : adalah pelecehan seksual yang dipaksa, di mana korbannya tidak dikenal
142.    Romantic love : tipe cinta ini juga bisa disebutu cinta yang bergairah, cinta romantis ini memiliki komponen seksualitas yang dan gairah yang kuat di mana kedua hal ini sering menonjol di awal relasi cinta, dan dalam cinta ini emosi saling bercampur secara kompleks.
143.    Affectionate love : cinta ini bersifat lebih dari sekedar gairah  dan juga bisa di sebut cinta  karena kedekatan, sehingga memiliki afeksi mendalam dan perhatian terhadap orang itu.
144.    Consummate love : cinta ini juga bisa disebut cinta yang sempurna karena di landasi tiga komponen yaitu :gairah :  gaya tarik fisik terhadap orang lain , keintiman : perasaan emosi yang mengandung kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam sebuah relasi dan komitmen: penilaian terhadap kognitif mengenai relasi dan intensi untuk mempertahankan relasi meskipun relasi itu menghadapi masalah.
145.    Cohabitation : di mana hal ini mengacu pada hidup bersama tanpa adanya hubungan pernikahan.
146.    Menopause : berhentinya menstruasi pada wanita.
147.    Climateric : transisi usia paruh baya di mana kesuburan berkurang.
148.    Disfungsi ereksi : ketidakmampuan untuk mempertahankan dan mencapai ereksi secara adekuat yang berpengaruh terhadap kepusaan performa seksual
149.    Fluid intelligence : kemampuan seseorang melakukan penalaran secara abstrak, mulai menurun di masa dewasa menengah.
150.    Cristalized intelligence : akumulasi dari informasi dan keterampilan verbal mulai terus meningkat di masa dewasa menegah.
151.    Cohort : kelompok orang yang lahir pada tahun yang sama.
152.    Empty nest syndrome : menurunnya kepuasan pernikahan yang di akibatkan keluarnya anak-anak dari rumah karena orang tua memperoleh kepuasan dari anaknya.
153.    Custodial parent : di mana kondisi orang tua telah membatasi waktu kakek-neneknya untuk bersama mereka.
154.    Life span : batas hidup, jumlah maksimum umur individu bisa hidup.
155.    Life expectancy : adalah jumlah perkiraan umur hidup seseorang pada tahun tertentu.
156.    Teori evolusoner tentang penuaan : teori ini berpendapat bahwa seleksi alam tidak begitu berpengaruh dalam mengeliminasi banyak kondisi bahaya dan karakteristik pada orang yang lebih tua.
157.    Cellular clock theory : teori ini menyatakan bahwa sel dalam manusia dapat bergenerasi sekitar 70-80 kali, maka ketika umur semakin menua mengalami penurunan dalam pembelahan.
158.    Free radical theory : menyatakan bahwa menuanya seseorang di akibatkan metabolisme sel yang normal menghasilkan oksigen yang tidak stabil yang di ketahui radikal bebas. Yang mana molekul ini memantul dalam sel yang akan merusak DNA dan struktur sel lainnya.
159.    Mitochondrial theory : meyatakan bahwa penuan itu di akibatkan karena pembusukan mitokondria, karena kehilangan gizi dari sel-selnya
160.    Hormonal strees theory : menyatkan bahwa penuan yang terjadi pada hormonal itu bisa menurunkan daya tahan stres dan meningkatnya terkena penyakit.
161.    Practice play : dimana dalam permainan ini anak harus memiliki fisik dan mental yang sudah dalam penguasaannya dan dapat mengoordinasi keterampilan yang diperlukan untuk games ini atau olahraga .
162.    Symbolic play : dimana anak mengubah lingkungan fisiknya menjadi simbol, seperti halnya anak yang mengganggap pensil sebagai mobil dan menggerakkan pensil seperti mobil.
163.    Social play : permainan yang melibatkan kawan-kawan sebaya dengan cara berinteraksi. Pada masa prasekolah permianan ini sangat meningkat dan pada permainan ini anak mulai melakukan konteks utama dalam berinnteraksi dalam dunia sosial.
164.    Constructive play : dimana dalam permainan ini menggabungkan practice play dan symbolic play , tapi permainan ini meningkat dalam masa prasekolah dan di iringi dengan menurunannya practice play dan symbolic play.
165.    Learning dissability : dimana individu memiliki kesulitan dalam belajar.
166.    ADHD : dimana kondisi anak-anak secaa konsisten menunjukkan beberpa sikap yaitu :  kurang perhataian, hiperaktif, impulsif. Anak-anak yang kurang perhatian ini sangat mudah bosan dalam menghadapi suatu kondisi. Sedangkan hiperaktif dimana anak memiliki tingkat keaktivitasan yang tinggi , dan sedangkan implusif adalah dimana anak kesulitan mengekang tindakan dan tidak berficir yang baik sebelum bertintak.
167.    Autisme : gangguan ini dicirikan dengan anak yang sukar berinteraksi dalam dunia sosial, komunikasi secara verbal dan nonverbal, serta perilaku yang berulang.
168.    Pendidikan inklusi : dimana menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan anak biasa dalam kelas yang biasa secara penuh.
169.    Fuzzy trace theory : menyatakan bahwa ingatan dapat dipahami jika mempertimbangkan verbatim memory trace dan gist, tapi kebanyakan pada anak-anak banyak yang menyimpan dan membuang  verbatim trace. Menurut para ahli jika anak-anak banyak menggunakn gist, maka anak-anak itu dapat meningkatkan ingatannya dan penalaran.
170.    Creative thinking : dimana individu dapat berfikir secara baru dan tidak biasa dan dapat mencari solusi dalam maslah-masalah yang dihadapi.
171.    Convergent thinking : berpikir yang menghasilkan jawaban yang tepat dan di tandai dengan jenis berpikir yang dapat diuji dengan test inteligensi.
172.    Divergent thinking : berpikir yang menghasilkan jawaban terhadap suatu pertanyaan yang sama dan ditandai dengan adanya kreativitas yang dihasilkan.
173.    Pendidikan bagi anak berbakat : pendidikan anak berbakat seharusnya disesuaikan dengan bakatnya , jika tidak dilakukan demikian maka anak-anak akam merasa terisolasi dalam sosial dan tidak tertantang dalam kelas, bisa dikatan memberikan pendidikan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki.
174.    Self esteem, self concept, self efficacy : self esteem : dimana individu dapat mengenal diri secara global atau  telah dapat mencitrakan dirinya. self concept : pada individu ini dapat mengevaluasi dirinya dalam bidang-bidang tertentu berbeda dengan esteem yang secara global ,dan sedangkan self efficacy : dimana individu ini memiliki kepercayaan atau dapat menguasi suatu kondisi yang akan menguntungkan bagi diriny.,
175.    Coping stress : kemampuan anak yang bertambah besar lebih mampu ngendalikan hal yang dapat menyebabkan stres, atau bisa dikatan anak yang lebih dewasa lebih dapat mengendalikan tingkatan stresnya dari pada yang lebih muda.
176.    Perilaku prososial : kepedulian kepada orang lain.
177.    Precocious puberty : dimana terjadi kelainan yang berhubungan pubertas yang tidak tepat waktu atau terlalu cepat dan terlalu dini.
178.    Anorexia nervosa : gangguan pola makan dengan usaha diet yang tidak pandang walaupun dirinya sudah kurus tapi tetap menahan rasa lapar, menurut diri sendiri gemuk tapi menurut orang lain kurus.
179.    Bulimia nervosa : dimana pola makan sangat konsisten tapi setelah memakan makanan lalu dia memuntahkannya kembali.
180.    Fabel pribadi : dimana ego di masa remaja yang beranggapan dirinya unik dan tidak terkalahkan.
181.    Fenomena ” top dog “ pada fase sekolah : dimana terjadi perubahan status sosial dimana di suatu kondisi ia menjadi paling tua di sekolah dasar, tapi ketika menjadi anak sekolah menegah dia menjadi paling kecil
182.    Melcryptovestimentaphiliac: sebutan untuk seseorang yang suka mencuri pakaian dalam wanita.
183.    Batophobia: fobia / takut berada di dekat bangunan tinggi.
184.    Witzelsucht: kelainan saraf dimana penderitanya secara tak terkontrol membuat plesetan kata dan menceritakan lelucon kasar.
185.    Deja Vecu (baca: Deya Vay-Koo): kondisi saat seseorang mengira kalau ia sedang mengalami Deja Vu.
186.    Selcouth: sebutan untuk seseorang dengan kepribadian yang aneh dan langka.
187.    Sindrom Asperger: kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima.
188.    Self control: keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri.
189.    Spotlight Effect: ketika anda merasa seseorang sedang memperhatikan anda.
190.    Low Cyber Self-Esteem: sebutan untuk orang yang suka membuat status untuk menarik perhatian karena dirinya tidak percaya diri.
191.    Depersonalization: suatu kondisi dimana penderita merasa terlepas dari kehidupan nyata, seolah olah ia dalam sebuah film atau mimpi.
192.    Disleksia: sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
193.    Venustraphobia: ketakutan terhadap wanita cantik.
194.    Hippopotomonstrosesquippedaliophobia: phobia terhadap kata kata panjang.
195.    Claustrophobia: takut berada di ruang yang sempit, cenderung akan mulai gugup, berkeringat, kehabisan nafas
196.    Alter Ego:  kepribadian manusia yang terdiri dari dua / lebih pribadi, yang tumbuh bersama sama dalam satu tubuh manusia.
197.    Hypnagogic / Hypnopompic Hallucination: halusinasi yang sering kali muncul begitu saja saat penderita hendak tidur.
198.    Jet Lag: kondisi fisiologis yang terganggu (sakit kepala, kelelahan) akibat perjalanan melintasi zona waktu yang berbeda.
199.    Dyscalculia: kesulitan untuk memahami angka dan perhitungan secara matematika.
200.    Textaphrenia: keadaan dimana seolah olah mendengar suara pesan masuk atau ponsel bergetar.
201.    Nyctophobia: phobia ketakutan terhadap kegelapan / malam.
202.    Atychiphobia: fobia atau rasa takut berlebih akan gagal / kegagalan.
203.    L-word Phobia: fobia / takut punya pacar lagi karena trauma di sakiti.
204.    Galau: keadaan dilematis dimana seseorang tidak mampu mendefinisikan perasaannya sendiri, dan ada dalam fase ketidakjelasan.
205.    Alexithymia (Aleksitimia):  kesulitan mengungkapkan perasaan kepada orang lain.
206.    Heliophobia: ketakutan terhadap matahari dan sinarnya akibatnya penderita lebih memilih berada di dalam ruangan tertutup.
207.    Gangguan kecemasan: istilah yang mencakup beberapa bentuk ketakutan dan kecemasa patologis dan abnormal.
208.    Hipotimia: keadaan seseorang yang selalu murung dan sedih, selalu mengeluh dan tak punya semangat.
209.    Accismus: keadaan dimana anda berpura pura tidak tertarik pada seseorang atau sesuatu tapi sebenarnya anda tertarik.
210.    Eisoptrophobia: fobia / takut pada cermin / takut melihat refleksi diri sendiri.
211.    Pica: gangguan yang memiliki keinginan kompulsif untuk makan  atau mengunyah hal yang tidak benar-benar tidak layak disebut makanan.
212.    Retrouvailles: perasaan bahagia seseorang setelah sekian lama akhirnya bertemu kembali.
213.    Cathisophobia: fobia atau ketakutan untuk duduk, sehingga lebih memilih berdiri.
214.    Librocubicularist: sebutan untuk seseorang yang suka membaca ditempat tidur.
215.    Hypochondriasis: gangguan dimana seseorang disibukkan dengan rasa takut mengalami penyakit serius padahal mereka sehat.
216.    Habituasi : menurunnya respons karena stimulus yang diberikan telah diulang beberapa kali.

217.    Dishabituasia : meningkatnya respons karena stimulus yang diberikan telah dirubah tau bisa dikatan telah mendapatkan stimulus yang baru maka peningkatan respons akan terjadi.
218.    Persepsi menyeluruh : kemampuan mengintegrasikan informasi dari dua atau lebih, misalnya pendengaran dan pengelihatan.
219.    Affordances : dimana kondisi yang berkesempatan berinteraksi dengan benda-benda yang menurut kemampuan kita, bisa kita gunakan.
220.    Asimilasi : memasukan informasi yang baru ke dalam skema-skema yang sudah ada,  atau skema yang telah dimiliki untuk menangani informasi atau penalaman yang baru.
221.    Akomodasi : bagaimana anak-anak harus menyesuaikan skema-skema yang sudah ada agar dapat menangani informasi atau pengalaman yang baru.
222.    Organisasi : yang mana bertemu nya pemikiran-pemikiran dan tingkah laku yang terpisahsatu sama lain kedalam satu sistem yang tingkatannya lebih tinggi.
223.    Ekuilibrium : menjelaskan bagaimana cara berpikir anak dari tahap satu ketahap yang lain.
224.    Emosi primer : dimana emosi ini telah dimiliki oleh setiap makhluk hidup yang muncul pada kehidupan pertama. Yang tepatnya muncul pada 6 bulan pertama dalam kehidupan.
225.    Emosi sadar diri : memerlukan kewaspadaan diri yang melibatkan kesadaran dan rasa kekuatan. Emosi ini muncul pada paruh tahun kedua pertama hinngga tahun kedua.
226.    Basic cry : tangisan ini menunjukan bahwa si bayi telah lapar, yang berciri-ciri : satu tangisan, diikuti oleh diam sesaat, dan diteruskan satu siulan kecil kemudian satu lagi masa diam dan diikuti tangisan lagi.
227.    Anger cry : tangisan ini lebih banyak udara yang keluar melalui tali suara, tangisan ini juga bisa disebut tangisan kemarahan.
228.    Pain cry : tangisan ini di picu oleh stimulus yang berintesitas tinggi, yang berciri-ciri : tangisan ini dia awali dengan tangisan panjang dan tiba-tiba diikuti menahan nafas; tanpa rintihan.
229.    Easy child : dimana seorang anak memiliki suasana hati yang positif dan dapat beradabtasi dengan lingkungan yang baru.
230.    Difficult child : bereaksi secara positif dan membuat kehidupannya dalam kerumitan dan sangat lambat beradabtasi dengan lingkungan yang baru.
231.    Slow to warm up child : dimana anak yang berada pada posisi antara easy child dan difficult child, yang mana aktivitas yang rendah, agak negatif, dan memiliki suasana intensitas hati yang rendah.
232.    Egosentrisme : ketidak mampuan dalam membedakan perspektif diri sendiri dan orang lain, seperti halnya ketika anak bermain petak umpet, yang mana dia menutup mata supaya tidak ketahuan , tapi orang lain dapat melihatnya dan dirinya tidak dapat melihat orang lain.
233.    Animisme : dimana memiliki perspektif bahwa sanya benda mati dapat menyerupai benda hidup, seperti halnya ketika anak jatuh tersandung batu maka si anak itu akan menyalahkan batu tersebut karena ia kira batu yang menjatuhkan nya.
234.    Pendekatan montessori : dimana suatu kegiatan yang membebaskan anak melakukan aktivitasnya sendiri tanpa ada paksaan, walaupun beralih dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain.
235.    Theory of mind : teori ini mengacu pada kesadaran  diri sendiri dan pemikiran orang lain yang melaui proses mental.
236.    Short term memory : dimana individu harus mempertahankan informasi yang di dapatkan secara singkat tanpa harus ada pengulangan.
237.    Abnormalitas kromosom dan gen : abnormalitas kromosom kadangkala, ketika sebuah gamet dibentuk, sperma dan ovum tidak memiliki rangkaian 23 kromosom yang normal. Contoh : sindrom down. Sedangkan abnormal gen kadangkala, terdapat gen-gen yang berbahaya dalam DNA, hal ini bisa disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturnan.
238.    USG, MRI janin, Chorionic villus sampling,amniocentis, maternal blood screening, noninvasie prenatal diagnosis (NIPD) : USG : alat untuk mengetahui struktur janin dan dapat mengetahui kelainan-kelainan struktur janin.  MRI : alat ini dapat menghasilkan gambar yang lebih detail dari organ dan struktur tubuh. Chorionoc villus sampling : alat ini dapat mengetahui atau mendetaksi kelainan genetik dan kromosom, melalui cara mengambil bagian kecil dari plasenta. Amniocentis : untuk mengetahui kelainan kromosom atau metabolis pada janin. Maternal blood screening : untuk mengindetifikasi kelahiran apakah memiliki resiko lebih tinggi untuk cacat lahir. NIPD : untuk mendeteksi gen yang diwariskan dari orang tua janin dan memeriksa sel-sel yang bersirkulasi dalam darah ibu dan analisis DNA janin yang bebas dalam plasma maternal.
239.    Periode germinal : periode yang berlangsung pada peroide dua minggu pertama setelah pembuahan. Yang mana pada periode ini terjadi pembentukan zigot, pembelahan sel, dan melekatnya zigot ke dinding rahim, dan sel tersebut kini disebut blastokis yaitu lapisan sel-sel dalam yang akan berkembang menjadi embrio, dan trofablos, yaitu lapisan sel-sel luar yang nantinya menyediakan gizi dan dukungan untuk embrio.
240.    Periode embrionik :  periode yang berlangsung antara dua hingga delapan minggu setelah pembuahan. Selama pada periode ini kecepatan diferensiasi sel mulai meningkat, sistem pendukung mulai terbentuk dan organ mulai tampak. Sistem pendukung tersebut adalah : amnion,seperti kontong berisi cairan bening , tempat embrio berkembang dan terapung. Tali pusar, terdiri dari dua arteri dan sebuah pembuluh darah yaang menghubbungkan bayi dengan ari-ari. Plasenta, terdiri dari sekelompok jaringan yang berbentuk seperti piringan, tempat pembuluh darah kecil dari ibu dan dari bayinya saling menjalin namum tidak bergabung.
241.    Periode fetal : periode ini dimulai dari dua bulan setelah pembuahan  dan umum nya berlangsung tujuh bulan, setelah tiga bulan berjalan atau setelah pembuahan panjang bayi sudah 3 inci dan beratnya 3 ons, dan janin mulai aktif mengerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup mulutnya , serta menggerakkan kepalanya.
242.    Teratogen : adalah unsur yang berpotensi mengakibatkan kelainan kelahiran atau secara negatif menyebabkan perubahan kognitif dan perilaku.
243.    Perawatan kelahiran : perawatan kelahiran dapat dilakukan secara medis dengan cara memerikasakan kandungan atau memeriksakan kondisi atau penyakit yang dapat ditangani . dan juga bisa memalui pendidikan, sosial, dan memberikan gizi yang komprehensif.
244.    Skala APGAR : metode yang banyak digunakan untuk menilai kesehatan bayi di satu dan lima menit setelah kelahiran, dan skala ini juga mengevaluasi detaj jantung , usaha bernafas, sifat oto, warna tubuh, dan kepekaan refleks bayi. Khususnya efektif untuk mengukur kemampuan bayi yang baru lahir untuk berespon terhadap stres akibat proses kelahiran  dan menghadapi kehidupan yang baru.
245.    Skala NBAS : skala ini digunakan sebagai indeks sensitif untuk mengukur kompetensi neurologis dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran dan digunakan  diberbagai studi perkembangan bayi. Dan dapat mengukur perkembnagan neurologis, refleks, dan reaksi bayi terhadap objek yang lain.
246.    Skala NNNS : Dapat menganalisis yang lebih komprehensif mengenai perilaku, respons, neurologis dan stres, serta kapasitas regulatori dari bayi yang baru lahir.
247.    Post partum depression : karakteristik dari wanita yang kuat berupa kesedihan, kecemasan, atau keputuasaan minimum selama dua minggu sehingga mereka kessulitan mengatasi tugas sehari-hari selama periode pascamelahirkan.
248.    Pola sekalofaudal : urutan pertumbuhan yang selalu berawal dari atas-kepala-dengan pertumbuhan fisik yang mencakup ukuran, berat, serta diferensiasi karakter secara bertahap dilanjutkan dari tubuh bagian atas ke bagian bawah.
249.    Pola proksimodista : l urutan perkembangan yang dimulai pada bagian tengah lalu bergerak menuju bagian ujung.
250.    Tidur REM : dimana ketika tidur mata terpejam tapi bola mata bergerak.
251.    SIDS : suatu kondisi dimana bayi berhenti bernafas, biasanya terjadi di malam hari, dan meninggal mendadak tanpa sebab yang jelas. Adapun penyebabnya bayi memiliki berat tubuh yang rendah, menghisap asap rokok, yang lebih sering bayi mengalami abnormalitas fungsi batang otak yang mencakup neurotransmitter serotonin, dll
252.    Marasmus : pengkerutan jaringan penting akibat kekurangan protein dan kalori yang parah pada bayi  selama satu tahun pertama. Sehingga bayi menjadi sangat kekurangan berat badan dan otot-ototnya mengalami atrofi.
253.    Kwashiorkor : kondisi yang lebih parah dari pada marasmus, yang kekurangan protein yang parah dengan perut dan kaki anak menggelembung berisi air; biasannya terjadi pada usia 1 hingga 3 tahun, anak yang mengalami kwashiorkor biasanya terlihat tidak kekurangan gizi, meskipun pada kenyataannya tidak demikan yang akan menjadikan kaki dan perut anak bengkak berisi air , dan juga menyebabkan gizi mengumpul di bagian vital tertentu dan anak juga sering lesu.
254.    Rooting reflex : refleks mencari , seperti halnya jika kita mengusap tangan kita di bagian pipi, maka bayi akan merespon dengan cari atau memalingkan kepalanya dan mencari benda yang menyentuhnya.
255.    Sucking reflex : refleks menghisap, bayi yang baru lahir akan secara otomatis akan menghisap benda apa saja yang di tempelkan di mulutnya, karena refleks ini akan memudahkan bayi mendapatkan makanan dari ASI.
256.    Reflex moro : respon ini akan muncul jika dia mendengar kan suara atau gerakan yang mengejutkan
257.    Grasping reflex :  refleks menggenggam, yang mana bayi akan menggenggan jika ada benda yang di taruh di tangannya , pada 3 bulan terakhir bayi akan menggenggamsemakin kuat.
258.    Gross motor skill : keterampilan yang melibatkan aktivitas otot besar, seperti berjalan dan menggerakkan tangan.
259.    Fine motor skill : keterampilan yang melibatkan gerakkan yang halus, seperti keterampilan jari-jemari.
260.    Fantasi disadari: fantasi yang terjadinya disadari oleh individu ybs. Misal: seseorang sedang berimajinasi tentang suatu kejadian untuk novelnya
261.    Fantasi yang tidak disadari: fantasi yang terjadinya tanpa disadari atau disengaja oleh ybs. Fantasi semacam ini terjadi pada anak-anak, yang kadang-kadang menimbulkan dusta semu pada anak ysb.
262.    Fantasi Aktif: Fantasi yang terjadi-nya melibatkan secara aktif gejala-geja-la jiwa lainnya seperti pikiran, kemauan, perasaan, dst.
263.    Fantasi Pasif: Fantasi yang terjadi-nya tidak melibatkan gejala-gejala jiwa lainnya secara pasif. Pada fantasi pasif seolah-olah kedasaran dibiarkan untuk tempat bermainnya daya fantasi.
264.    Fantasi Mencipta: Fantasi aktif yang mampu menghasilkan karya kreatif misalnya lagu, lukisan, cerpen, novel, dst.
265.    Fantasi Tuntunan: Fantasi aktif yang yang terjadinya dibawah tuntunan sesuatu misalnya fantasi yang timbul pada saat membaca novel, melihat film, mendengarkan lagu, dst.
266.    Q technique: korelasi skor dari dua pribadi pada satu seri tes.
267.    Quadriplegia: kelumpuhan pada seluruh empat anggota tubuh
268.    Quantal : menyinggung satu variable yang berubah lewat tingkat-tingkat diskret (dengan ciri sendiri bukan dengan rangkaian kesatuan atau kuanta (quanta).
269.    Reality testing: (psikoanalisis) fungsi dasar dari ego, terdiri atas penilaian objektif dan pertimbangan dari dunia luar.
270.    Reasoning : proses berpikir, khususnya proses berpikir logis atau berpikir memecahkan masalah.
271.    Rebirth fantasy : (psikoanalisis) ; suatu fantasi yang tidak disadari dan simbolis mengenai lahir atau bangkit kembali, biasanya dinyatakan sebagai makhluk yang ada didalam air atau muncul dari air
272.    Recall: Proses memanggil atau menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu yang telah dipelajari.
273.    Recapitulation theory : teori yang menyatakan bahwa dalam perkembangan individualnya, organism-organisme berlalu lewat bermacam-macam tahap karakteristik perkembangan evolusioner dari ras atau sukunya.
274.    Recept : Satu kesan atau gambaran mental yang terbentuk oleh pengulangan tanggapan.
275.    receptive aphasia : satu ketidakmampuan berbahasa dengan tanda individu tidak dapat memahami materi yang diucapkan atau ditulis.
276.    Receptivity : keterbukaan atau kemauan untuk menerima ide atau sugesti
277.    Recess : satu periode tanpa pekerjaan; satu periode istirahat
278.    Recidivism : pengulangan tingkah laku criminal.
279.    Reciprocity : kepercayaan pada diri anak-anak yang menyatakan bahwa hukuman itu harus dikaitkan dengna satu pelanggaran atau kejahatan.
280.    Recitation : Ingatan oral dari materi yang dipelajari.
281.    Recognition : satu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang, atau sesuatu peristiwa itu sudah dikenalnya atau dipelajari di masa lalu.
282.    Seclusion need : kebutuhan akan keleluasaan pribadi
283.    Seclusiveness : kecenderungan untuk mengasingkan diri, terputus dari perkawanan insane
284.    Secondary extinction : kecenderungan suatu reaksi terkondisi untuk menjadi semakin lemah atau punah.
285.    Secondary narcissism : penarikan atau hapusnya libido dari tubuh dan penanaman atau investasinya didalam ego
286.    sect : sekelompok individu yang sangat setia dan kuat melekat pada satu perangkat prinsip, kepercayaan, dan keyakinan
287.    Security : keadaan dapat merasa aman dan tidak takut atau kuatif mengenai pemuasan kebutuhan sendiri di kemudian hari
288.    Seduction : proses membujuk orang lain untuk melakukan praktik seksual yang haram
289.    Seizure : satu serangan tiba-tiba suatu penyakit kejang-kejang
290.    Selection indeks : satu rumus untuk menentukan kekuatan diskriminasi/ membedakan dari satu item atau satu tes
291.    Thema : interaksi individu dan lingkungan, didalam satu kisah tingkah laku
292.    Theory : satu prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala-gejala yang berkaitan
293.    Therapeutic : menyinggung hal-hal yang bersifat kuratif / menyembuhkan fungsinya
294.    Therapist : seseorang yang dilatih dalam pengobatan penyakit dan gangguan / kekacauan
295.    Theriomorphism : memberikan sifat kualitas hewani kepada jenis manusia
296.    Thermalgesia : satu kondisi patologis dengan perangsangan panas yang menyebabkan rasa sakit
297.    Thermanesthesia : ketidakpekaan untuk merasakan perangsang panas dan dingin.
298.    Philematophobia: fobia atau rasa takut untuk berciuman
299.    Hyperthymesia: istilah dimana seseorang mampu mengingat segala hal yang terjadi padanya
300.    Somniloquy: istilah untuk orang yang memiliki kebiasaan berbicara saat tertidur.
301.    Catagelophobia: takut akan ditertawakan / diejek.
302.    Coimetrophobia: ketakutan pada kuburan.
303.    Katsaridaphobia: fobia / takut pada kecoa.
304.    Micro Expression: sebuah ekspresi singkat pada wajah yang sesuai dengan emosi yang sedang terjadi.
305.    Automatonophobia: fobia / ketakutan pada patung / boneka.
306.    Frigensophobia: ketakutan bahwa memakai ponsel bisa merusak otak.
307.    Alexithymia (Aleksitimia): kesulitan mengungkapkan perasaan kepada orang lain.
308.    Somnabulisme: suatu gangguan yang menyebabkan seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur.
309.    Alekthophilia: sebutan untuk seseorang yang memiliki kecintaan pada ayam.
310.    Ambulophobia: fobia atau ketakutan akan berdiri dan berjalan.
311.    Batophobia: fobia / takut berada di dekat bangunan tinggi.
312.    Masokisme: kesenangan yg berasal dari rasa sakit fisik / psikologis yg ditimbulkan diri sendiri / orang lain.
313.    Athazagoraphobia: ketakutan akan dilupakan / diabaikan.
314.    Anuptaphobia: Ketakutan menikahi orang yang tidak tepat.
315.    Alloxdoxaphobia: rasa takut terhadap pendapat.
316.    Mnemophobia: takut akan kenangan, kejadian yang sudah berlalu.
317.    Megalomania: suatu kecenderungan untuk menilai diri secara berlebihan atau menghargai diri melampaui batas.

Rabu, 29 November 2017

makalah: MANUSIA, SIFAT HAKIKAT DAN PERKEMBANGANNYA

MANUSIA, SIFAT HAKIKATNYA DAN PERKEMBANGANNYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana manusia dan perkembangannya?
2.      Apa faktor pembawaan dan lingkungan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui manusia dan perkembangannya.
2.      Untuk mengetahui fa.ktor pembawaan dan lingkungan



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Manusia Dan Perkembangannya
Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan dalam segi psikologik. Mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat bermaca-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lain, bahkan ada yang bertentangan satu dengan yang lain. Teori-teori perkembangan tersebut ialah:
1.         Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat dikataan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhauer (Bigot, Kohstamm, Palland, 1950).
Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan suatu masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tapi ternyata teori ini tidak dapat diterima ileh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori lain diantaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stem.
2.         Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamnnya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya, karena itu peranan pendidikan dalam hal ini sangat besar, pendidklah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
3.         Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori tersebut di atas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut W. Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu, perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalam dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen.Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori yang dikemukakan oleh W. Stern-lah merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh W. Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu di sampung adanya hukum-hukum perkembangan yang lain. Di Indonesia teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara:
“ Tentang hubugan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu tarik menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai perlu tidaknya tuntunan di dalam tubuhnya manusia, samalah keadannya dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangakan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu walaupun dasarnya baik, tak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik dari pada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Kihajar Dewantara, 1962).
Tugas-tugas pertumbuhan dan  perkembangan Manusia
Tugas-tugas perkembangan pada masa ini tumbuh atas dasar ketiga dorongan ini.Dunia sosial anak pada masa ini sudah menjadi meluas, anak sudah keluar dari lingkungan keluarga dan ini telah memasuki masa sekolah.Dalam lingkup ini sekolah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan dirinya. Di sekolah anak memperoleh hubungan social secara lebih luas dan memperoleh pengalaman- pengalaman yang baru banyak mempengaruhi dan membantu proses perkembangan khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.
Ada Sembilan tugas-tugas perkembangan pada masa ini, yaitu berikut ini :
1.    Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan mempelajari kehidupan fisik merupakan hal yang penting unntuk permainan dan aktivitas fisik karena hal itu mempunyai nilai yang tinggi pada masa anak-anak. Secara psikologis anak sebaya akan mengajarkanya.
1.    Membina sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai suatu organisme yang sedang berkembang
2.    belajar bergaul dengan teman sebaya
3.    Belajar berperan sebagai pria dan wanita secara tepat
4.    Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca,menulis, dan berhitung dengan baik
5.    Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan seahri-hari
6.    Mengembangkan kata hati, moral, dan skala-skala nilai
7.    mencapai kemerdekaan pribadi
8.    Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Tahap-Tahap Perkembangan Manusia
Erikson mengelompokkan tahapan kehidupan ke dalam 8 stage yang merentang sejak kelahiran hingga kematian.
1. Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan.
Hasil perkembangan ego: trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)
Kekuatan dasar: Dorongan dan harapan
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap.
2. Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun
Hasil perkembangan ego: autonomy vs shame (otonomi vs rasa malu)
Kekuatan dasar: Pengendalian diri, keberanian, dan kemauan (will)
Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.
3. Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun
Hasil perkembangan ego: initiative vs guilt (inisiatif vs rasa bersalah)
Kekuatan dasar: Tujuan
Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan seorang anak:”KENAPA?”
Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki) juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan alat kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah.
Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).
4. Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun
Hasil perkembangan ego: Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas)
Kekuatan dasar: Metode dan kompetensi
Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan berkembang.
Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan dan rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai otoritas tunggal.
5. Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun
Hasil perkembangan ego: Identity vs Role confusion (identitas vs kebingungan peran)
Kekuatan dasar: devotion and fidelity (kesetiaan dan ketergantungan)
Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan kekacauan peran.
Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman.
6. Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun
Hasil perkembangan ego: Solidarity vs Isolation (Solidaritas vs isolasi)
Kekuatan dasar: affiliation and love (kedekatan dan cinta)
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.
Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan persahabatan.
7. Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun
Hasil perkembangan ego: Generativity vs Self Absorption or Stagnation
Kekuatan dasar: production and care (produksi dan perhatian)
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama.
Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic, individu harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak berhasil di stage ini, timbullah self-absorpsi atau stagnasi.
Yang memainkan peranan di sini adalh komunitas dan keluarga.
8. Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65 tahun hingga mati
Hasil perkembangan ego: Integritas vs Despair (integritas vs keputus asaan)
Kekuatan dasar: wisdom (kebijaksanaan)
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.
B.    Sifat Hakikat Manusia
Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa sansekerta”manu”, dan dalam bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal budi atau homo, yang berarti manusia.
Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan . Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologinya.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL.  Wujud sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep pendidikan.
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk , menyatakan :  
1.    Kemampuan Menyadari Diri
            Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
2.    Kemampuan Bereksistensi
            Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
3.    Kata hati 
            Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia
4.    Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan  maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat              .
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.
5.    Tanggung jawab
            Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.
6.    Rasa kebebasan
            Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
7.    Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

8.    Kemampuan Menghayati Kabahagiaan
            Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

1.    Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya
Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu
1.    Dimensi keindividualan
2.    Dimensi kesosialan
3.    Dimensi kesusilaan
4.    Dimensi keberagamaan
5.    Dimensi Keindividualan
            Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
            Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar  bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan  berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2.    Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan  untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3.    Dimensi kesusilaan
            Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai  konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4.    Dimensi Keberagamaan
            Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.
C.    Faktor Pembawaan dan Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa saja gfaktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya putih, hitam ataui coklat, bagaimana keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang nereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan sifat psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (sstruktur kejasmanian)dengan sifat psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus, cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dpaat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu, untuk dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung, di sinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu, langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan:
•         Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
•         Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a.       Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan dimana terdpaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
b.      Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya antara anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam psikologi sosial.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.         Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehinggaorang tidak menerima begitu saja.
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
2.         Individu menerima lingkungan.
Dalam hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
3.         Individu bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo” terhadap lingkungan.
a.    Pembawaan
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
1.      Struktur Pembawaan
Di samping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan menyatakan diri dari perwujudannya (dari potential ablity menjadi actual ablity), kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti: potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata intelijensi yang baik, dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak. Jadi sifat-sifat dalam pembawaan itu tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain. Sifat-sifat yang bermacam-macam dalam pembawaan itu merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi dengan seorang manusia tertentu.
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang atau menunjukkan diri dalam perwujudannya. Ada pula sifat-sifat yang tetap terpendam, tetap tinggal, latent atau tersembunyi; jadi tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak dapat mewujudkan diri.
Adapun yang menyebabkan perkembangan sifat-sifat pembawaan itu sehingga menjadi wujud (actual ability) atau tetap tinggal terpendamnya suatu sifat pembawaan (potential ability), ialah faktor-faktor dari luar (umpamanya karena tidak mendapat kesempatan atau latihan atau pengajaran yang cukup) maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya konstitusi badan yang demikian rupa sehingga tidak memungkinkan berkembangnya sifat-sifat pembawaan itu.
2.      Pembawaan dan Keturunan
Dimuka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.
Semua yang dibawa oleh si anak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya; jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaiknya, semua yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawan; atau lebih tepat lagi pembawan keturunan.
Sebuah contoh sebagai penjelasan: seorang anak yang mempunyai kepandaian dan kecakapan tentang seni musik. Ia pandai dan lekas mempelajari segala sesuatu tentang seni musik itu. Ada kemungkinan besar bahwa kesanggupan yang dipunyai si anak benar-benar merupakan sifat-sofat pembawaannya; jadi memang dia berpembawaan atau berbakat sen musik. Tetapi apakah pembawaanya tentang seni musik itu juga adalah diperoleh karena turunan, belum dapat ditentukn dengan pasti.
3.      Pembawaan dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu- pembawaan dan bakat- adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umunya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Titik berat perbedaannya terletak pada luas pengertiannya; yang satu mengandung oengertian yang lebih luas dari pada yang lain. Dengan contoh berikut agaknya menjadi lebih jelas: “ Si A berpembawaan musik, dapa juga dikatakan si A berbakat musik. Si B berpembawaan ilmu pasti dapat juga dikatakan si B berbakat ilmu pasti. Akan tetapi: Si X berpembawaan rambut ikal; janggal jika dikatakan si X berbakat rambut ikal. Si Y berpembawaan badan tinggi; janggal jika dikatakan si Y berbakat badan tinggi”.
Dari contoh tersebut dapatlah kita mengatakan bahwa kata “bakat” dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan” yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.
Sedangkan kata pembawaan mengendung arti yang lebih luas; yaitu semua sifat-sifat ciri-ciri, dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir; termasuk juga pembawaan keturunan. 
4.      Macam-macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a.       Macam-macam pembawaan
1)      Pembawaan Jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2)      Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras. Seperti ras Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro, dan lain-lain. Masing-masing ras itu dapat terlhat perbedaannya satu sama lain.
3)      Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing: laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula perbedaan sikap dan sifatnya terhadap dunia luar. Tetapi dalam hal ini kita hendaklah berhati-hati dalam mencari perbedaan sifat antara kedua jenis kelamin itu.
4)      Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan tersebut di atas, tiap-tiap orang (individu) memiliki pembawaan yang bersifa individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap individu- meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya- masing-masing mempunyai pembawaan watak, intelijensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda. Jadi tiap-tiap orang mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-lainan.
                        Dari uraian tersebut diatas nyatalah bahwa pembawaan – terutama pembawaan keturunan- sebagian besar menampakkan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis) dan sebagain lagi dalam pemabwaan rohaniah (psikis). Tentu saja pembawaan keturunan yang bersifat fisis lebih terlihat dengan nyata dari pada pembawaan keturunan yang bersifat kejiwaan atau psikis.
b.      Beberapa macam pembawaan tersebut diatas yang paling banyak ditentuka oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan tersebut dapat dikatakan sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi pada pembawaan perseorangan, pengaruh lingkungan adalah penting. Banyak sifat-sifat pembawaan perseorangan yang alam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh lingkungannya. Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh pembawaan ketururnan antara lain ialah:
a)      Konstitusi tubuh.
b)      Cara bekerja alat-alat indra.
c)      Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar.
d)     Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (I.Q) serta tipe-tipe intelijensi.
e)      Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas
f)       Tempo dan ritme perkembangan.
b. Lingkungan
1.      Macam-macam Lingkungan
Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dilmaksud dengan lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
Menurut Sartai lingkungan alam dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
a.       Lingkungan alam/luar (external or physical environment),
Yang dimaksud dengan lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia.
b.      Lingkungan dalam (internal environment),
Yang dimaksud dengan lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Akan tetapi makanan yang sudah ada dalam perut kita, kita katakan berada antara external dan internal environment kita.
c.       Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial ialah seemua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung.
Masing-masing dari kita, terutama dalam hal kepribadian kita adalah hasil interaksi antara gen-gen dan lingkungan sosial kita, karena interaksi ini maka tiap-tiap orang adalah unik, tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.
2.      Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan?
Allport merumuskan kepribadian maniusia itu sebagai berikut: “ Kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”.
Dari definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya, menyataka diri dengan khas dalam menyesuaikan dirinya ddengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
a.       Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penesuaian autoplastis).
b.      Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri alloplastis)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Teori mengenai perkembangan manusia meliputi teori nativisme, teori empirisme dan teori konvergensi.Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
2.  Perkembangan dan pertumbuhan manusia adalah Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang alami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis dan memiliki tugas serta tahapan-tahapan perkembangan dan pertumbuhan manusia dari awal kehidupannya hingga akhir kehidupan.
3.   Baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen.Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
•    Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Cet.XIV; Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1998.
•    Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Cet.III; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003.
•    http://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-psikologi-manusia-pembawaan-dan-lingkungan.
•    http://macro bio student ummy solok_ makalah pengantar pendidikan“hakikat manusia dan pengembangannya”.html
•    http://Konsep manusia seutuhnya.htm
•    Pengantar pendidikan,Prof.DR.Umar tirtarahardja dan Drs.s.L.La Sulo
•    http://Hakikat Manusia dan Perkembangannya _ Afid Burhanuddin.html
•    http://nursekhamaulida makalah pendidikan manusia seutuhnya.htm
•    http://pengantar pendidikan – ringkasan materi _ suharnisihombing.htm



 
biz.